Pages

Senin, 29 November 2010

Perumpamaan Presiden SOEKARNO tentang sejarah



"jaman dulu jaman indah, tetapi ia sudah mati! Ia boleh saya samakan dengan seorang putri cantik yang cantik, tetapi yang sudah mati. Lihatlah mayat putri cantik itu terbaring di atas bangku keemasan, alangkah ia merindukan dan memilukan hati! Bawalah karangan bunga melati, hiaskanlah rangkaian bunga itu di sekeliling muka si cantik dewi itu, selip-selipkanlah melati itu di antara rambutnya yang hitam,sehingga laksana bintang-bintang di langit pada malam hari.
Ah, alangkah manisnya sang kusuma Dewi itu! Hati kita menjadi rindu dan terharu, tangan kita dengan sendirinya menutup sembah, lutut kita sujud ke tanah, jiwa kita takjub, takjub bahwa kecantikan yang sebegitu sucinya... Tetapi, ah... kecantikan yang kita kagumi itu ialah kecantikan badan yang mati! Kita boleh menangisinya sampai mata kita keluar darah, tetapi tetap ia mati juga. O, kecantikan, kecantikan putri yang mati. Bibir Sang Maha Dewi adalah bibir yang dingin, warna mukanya pucat-pucat kebiruan, tidak ada tarikan nafas yang menaikturunkan dadanya yang dihiasi susu. Udara di dalam kamar berbau kemenyan, semua barang sesuatu di dalam kamar itu seperti tunduk dan sedih..."
(sumber : GANYANG MALAYSIA-Politik Konfrontasi  Bung Karno)

0 comments:

Posting Komentar